Pada tanggal 20-21 Maret 2024, secara berkelompok, kami mahasiswa magang Agradaya telah memasuki dusun-dusun terpencil di Kulon Progo. Kami melaksanakan program magang di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (KEMENDIKBUDRISTEK) yang bekerjasama dengan PT Amati Indonesia melalui program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB). Dalam program magang tersebut, salah satu capaian kurikulum yang diberikan adalah Social Mapping dan Problem-Solution Fit yang berkaitan dengan permasalahan yang ada di masyarakat.

Kami mengunjungi dua dusun yang menjadi mitra dari Agradaya. Kedua wilayah tersebut berdekatan dengan hutan dan ladang dengan pemandangan yang sangat menawan. Didampingi oleh mentor magang, kami melakukan survei dan wawancara mendalam dengan para petani rempah setempat yang menjadi mitra Agradaya.

Pada hari Rabu, 20 Maret 2024, di Dusun Anjir, Kalurahan Hargorejo, Kapanewon Kokap, kami disuguhkan dengan pemandangan luar biasa: tanaman rempah yang tumbuh subur di tengah-tengah hutan. Pola tanam yang dijalankan adalah agroforestri yang memanfaatkan sumber daya hutan melalui kegiatan wanatani dengan pola tumpang sari. Kegiatan wanatani tersebut bukan hanya tentang produksi, tetapi juga pemberdayaan untuk dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani setempat. Kami melihat betapa pentingnya model penanaman ini dalam meningkatkan produksi, pendapatan, dan ketahanan pangan di wilayah tersebut.

Cerita berbeda kami temui di Dusun Pringtali, Kalurahan Jatimulyo, Kapanewon Girimulyo pada hari berikutnya. Kami mengunjungi perwakilan dari anggota KWT Pringtali Asri, yaitu Bapak Sukardi untuk menggali informasi terkait pertanian rempah di wilayah tersebut. Mayoritas tanaman rempah yang berada di Pringtali ditanam di ladang dengan pola penanaman yang sama tetapi tanaman palawija turut ditumpangkan dengan rempah-rempah (metode tumpang sari).

Dari dua dusun yang telah kami kunjungi, mayoritas petani menanam kunyit, temulawak, dan jahe. Namun, masalah yang dihadapi serupa yaitu penyakit busuk pada jahe. 

Tantangan ini mendorong kami untuk mencari alternatif solusi sebagai upaya pengoptimalan komoditas yang ada. Kami mengambil sampel tanah dan sampel buah jahe yang terkena penyakit untuk dianalisis dan diketahui penyebab serta permasalahannya. Meskipun masih dalam proses analisis, kami juga telah mengembangkan beberapa inovasi, seperti trial pembuatan pupuk yang tepat dan sosialisasi teknik budidaya yang lebih baik.

Perjalanan ini telah menggugah semangat kolaborasi dan inovasi di antara mahasiswa magang, Agradaya, dan petani mitra. Meskipun masih banyak langkah yang harus diambil, kami yakin bahwa upaya tersebut akan memberikan dampak positif bagi para petani rempah di Kulon Progo.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.